Perilaku Seks Beresiko

 Perilaku Seks Berisiko 




a. Definisi Perilaku seksual remaja, terutama perilaku seks pranikah, masih mendominasi perdebatan dari sisi moral, psikologis, dan fisik. Hubungan seks pranikah pada remaja adalah masalah serius karena berkaitan dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi dan remaja cenderung memiliki lebih banyak pasangan seksual jika mulai berhubungan seks pranikah pada usia yang lebih dini. Isu yang masih diperdebatkan sampai saat ini mencakup motivasi utama remaja untuk melakukan inisiasi seks pranikah pada usia yang lebih dini selain kaitan antara sumber-sumber informasi seksual dan perilaku seksual remaja 53 yang terbatas. Hasil penelitian Utomo dan McDonald, menunjukkan perilaku seks pranikah disebabkan oleh rangsangan secara terus-menerus melalui materi-materi seksual di media cetak, internet, serta melalui teman sebaya (peer). Berdasarkan Theory of Planned Behavior, Social Learning Theory, Diffusion of Innovations Theory, dan Ideation Model, teman sebaya berperan penting sebagai determinan utama dari perilaku. b. Faktor-Faktor Penyebab Sumber informasi tentang seks diperoleh sebagian besar melalui televisi, internet, bahkan sekolah. Responden laki-laki lebih banyak berperilaku berisiko seperti merokok, menjadi anggota geng, mengonsumsi minuman keras, serta pernah berhubungan seks pranikah. Menurut penelitian Komang, dkk bahwa Responden lakilaki cenderung berperilaku berisiko karena lebih banyak bersikap mendukung seks pranikah, mengalami tekanan normatif lebih tinggi, personal agency yang rendah, serta niat yang tinggi untuk melakukan hubungan seks pranikah. Komunikasi yang tidak baik dengan orang tua lebih banyak dilaporkan oleh responden laki-laki (OR = 2,6 dan 95% CI = 1,5 _ 4,7). Namun, perempuan lebih banyak yang tinggal di rumah sendirian dalam jangka waktu lebih lama dibandingkan dengan responden laki-laki (167 orang (61,4%), 105 orang (38,6%). Remaja mempunyai persepsi yang overestimate terhadap perilaku teman sebaya, sehingga persepsi tentang teman sebaya merupakan determinan yang lebih kuat terhadap timbulnya perilaku berisiko. Remaja umumnya 54 memilih teman sebaya berdasarkan perilaku mereka sendiri atau dikenal dengan “flocking phenomenon”. Misalnya, remaja yang menjadi peminum alkohol akan memilih teman dengan perilaku yang sama. Remaja laki-laki 4 kali lebih sering menonton film porno dibandingkan remaja perempuan. Umumnya, remaja secara teratur terpapar dengan materi-materi seksual di televisi, film, dan majalah di samping terpapar oleh tayangan video musik yang menggabungkan tayangan seks dan kekerasan. Berdasarkan studi sebelumnya diperoleh bahwa menonton pornografi merupakan faktor terkuat yang memengaruhi perilaku seks pranikah remaja lakilaki. Konten-konten seksual meningkatkan sikap yang mendukung seks pranikah, tetapi jalur antara terpapar dan hubungan seks pranikah belum dapat dipastikan. Sikap yang mendukung atau setuju dengan perilaku seks pranikah lebih banyak ditunjukkan oleh responden laki-laki, sikap mengenai seks dibentuk oleh nilai-nilai keluarga dan budaya yang menolak seks pranikah. Sikap yang lebih permisif terhadap seks pranikah dapat dijadikan prediksi tingkat dari pengalaman inisiasi hubungan seksual prekoital dan koital pada remaja. Niat untuk berhubungan seks pranikah berhubungan dengan inisiasi hubungan seksual atau hubungan seksual dan terlibat di dalam sejumlah situasi-situasi progresif yang berisiko. c. Dampak Menurut Steinberg L., bahwa responden laki-laki lebih banyak terlibat dalam perilaku berisiko disebabkan oleh pengaruh-pengaruh 55 psikososial, seperti kemampuan untuk berpikir logis yang terbatas, pengaturan emosi yang lemah, serta rentan terhadap pengaruh teman sebaya. Menurut Dyson, urbanisasi, penggunaan zat atau obat terlarang memicu perilaku berisiko terutama seks yang tidak aman sehingga meningkatkan penularan HIV/AIDS. d. Tatalaksana dan Edukasi Usia remaja sangat perlu memperoleh pengetahuan tentang seks pranikah, karena masih banyak remaja yang belum mengetahui tentang definisi, macam perilaku, dan dampak seks pranikah. Penyuluhan tentang seks pranikah dan cara mencegahnya perlu ditingkatkan. Perlu dilakukan monitoring serta upaya-upaya meningkatkan resiliensi remaja menghindari tekanan atau pengaruh untuk mulai melakukan hubungan seks pranikah pada usia yang lebih dini. Orang tua harus lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan remaja terkait seksualitas untuk membantu perkembangan remaja dan lebih kritis terhadap tayangan-tayangan pornografi

Komentar